Masyarakat seringkali mengabaikan cedera atau benturan berulang di kepala. Tapi sebuah studi menuturkan benturan yang parah atau berulang bisa menyebabkan gangguan saraf di kepala yang memicu penyakit saraf degeneratif.
Para ilmuwan telah menemukan bukti yang kuat bahwa gegar otak atau benturan yang berulang bisa menyebabkan penyakit saraf degeneratif seperti Alzheimer atau demensia. Diketahui pula kelompok orang yang memiliki risiko tinggi terhadap gangguan ini adalah pemain rugby dan juga petinju yang memungkinkan mengalami kerusakan jangka panjang.
Peneliti dari University of Rochester di New York melakukan autopsi terhadap 12 atlet yang meninggal akibat penyakit otak atau saraf. Keseluruhan atlet ini memiliki karakteristik yang disebut dengan chronic traumatic encephalopathy (CTE), yang mana demensia biasanya terjadi beberapa tahun setelah mengalami gegar otak.
Studi mengenai cedera otak yang diterbitkan dalam Journal of Neuropathology & Experimental Neurology telah menunjuk penelitian-penelitian baru dan cara yang mungkin untuk mencegah kerusakan jangka panjang akibat gegar otak.
Temuan ini mengindikasikan pentingnya melakukan monitor terhadap orang-orang yang memiliki risiko tinggi mengalami gegar otak, seperti tentara yang baru kembali berperang karena berisiko mengalami kecelakaan, pukulan di kepala atau ledakan dan juga seorang atlet.
"Ini adalah bukti patologis pertama yang menunjukkan trauma atau benturan kepala berulang ada kemungkinan terkait dengan perkembangan penyakit saraf motorik," ujar ketua penelitian Dr Ann McKee dari Boston University School of Medicine, seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (19/8/2010).
Saat ini sedang dilakukan penelitian terhadap obat-obatan termasuk hormon progesteron, antibodi monoklonal dan antibodi minocycline untuk melihat apakah obat-obatan tersebut dapat menghentikan proses kerusakan saraf yang terjadi akibat adanya pukulan atau benturan di kepala atau stroke.
0 comments:
Post a Comment