Untuk mengukur kelebihan berat badan biasanya menggunakan indeks massa tubuh (IMT), tapi sebagai indikator kegemukan, IMT punya sejumlah keterbatasan. Pengukuran lingkar leher bisa jadi alternatif yang lebih akurat.
IMT paling banyak digunakan untuk memperkirakan komposisi lemak tubuh, karena metode ini sangat murah dan mudah. Tinggal membandingkan tinggi badan dan berat badan, maka IMT bisa diperoleh dengan rumus tertentu.
Dikutip dari CNN, Rabu (7/7/2010), salah satu keterbatasan IMT adalah tidak akurat pada kondisi tertentu. Misalnya postur tubuh yang atletis berotot sering masuk kategori obesitas, sementara lemak tubuh pada lansia (lanjut usia) justru terabaikan.
Dalam sebuah publikasi di jurnal Paediatrics, para ahli kini menyarankan metode alternatif yang sama mudahnya dengan IMT. Metode yang diklaim lebih akurat tersebut adalah pengukuran lingkar leher.
Menurut para ahli, ukuran lingkar leher yang besar sering dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan yang terkait dengan obesitas. Di antaranya adalah sleep apnea, diabetes dan hipertensi.
Untuk menguji keakuratan metode tersebut, Dr Olubukola Nafiu dari University of Michigan melakukan penelitian terhadap 1.102 anak. Ia mencatat tinggi dan berat badan serta lingkar leher anak-anak tersebut.
Pengukuran dilakukan dengan memakai pita meteran, pada bagian yang menonjol di leher. Pada pria dewasa, letaknya kurang lebih berada di sekitar jakun.
Hasilnya ternyata sesuai dengan perkiraan. Ia menemukan bahwa seorang anak 6 tahun dengan lingkar leher di atas 28,45 cm memiliki risiko kelebihan berat badan dan obesitas sebesar 3,6 kali lipat dibanding usia sebayanya.(detikhealth)
Menurut Dr Nafiu, pengukuran lingkar leher cukup murah dan mudah. Selain bisa melengkapi hasil pengukuran IMT dalam mengukur tingkat kegemukan, metode ini juga lebih akurat dalam memperkirakan risiko gangguan kesehatan yang terkait
0 comments:
Post a Comment